Saya jadi tergerak ikut-ikutan komentar soal demo anggota DPRD seluruh Indonesia untuk menolak revisi PP.37/2006 yang menghebohkan itu. Gara-garanya sih waktu baca komentar pembaca lewat SMS di harian Kaltim Post . Saya kutipkan disini:
"Anggota DPRD itu seperti monyet yang memegang pisang di tangan kanan dan kirinya. Waktu dikasih pisang lagi, dia terima lagi, dipegang dengan kakinya. Rakusnya."
Saya pikir, wah, orang ini dalam juga kiasannya, perumpamaannya. Terlepas dari cara pengungkapannya, sekarang masyarakat sedang betul-betul marah karena ulah para anggota DPRD yang ramai-ramai ngluruk ke Jakarta saat Jakarta dan sekitarnya sedang dilanda bencana banjir. Bukannya ikut membantu atau memberi sumbangan untuk para korban,eh.. malah mau demo nggak rela rapelan tunjangannya dibatalkan. Betul-betul di luar perkiraan orang waras se-Indonesia!
Tadi jam sekitar jam 7 malam, di Metro TV diberitakan bahwa para mahasiswa di Solo demo di jalan, dan meminta uang receh dari para pemakai jalan. Tujuannya? Buat ngasih para wakil rakyat yang ternyata masih kekurangan dengan gaji berjuta-juta itu!
Dalam hati saya ikut mendukung cara itersebut. Soalnya, mereka sudah bebal dan tak tahu malu.
Dalam hal ini, tentu anda-anda yang bersedia dan punya waktu membaca tulisan saya ini tentu punya pendapat sendiri-sendiri. Mungkin ada yang mendukung para wakil rakyat, tapi saya kira banyak yang tidak setuju. Demo memang sudah jadi hal yang wajar di negara kita tercinta.
Menurut saya, yang jadi persoalannya adalah waktu mereka berdemo itu. Kenapa kalau sudah tahu bahwa Jakarta sedang terkena bencana banjir, banyak warganya yang terpaksa mengungsi, mereka tetap datang ke Jakata juga? Tentu mereka tidak akan ikut-ikutan tidur di tenda-tenda pengungsian, tapi di hotel-hotel mewah. Di mana letak hati nurani mereka, sampai sebegitu teganya?
Fakta inilah yang semakin memberi pencitraan buruk buat wakil rakyat. Kalau mereka hanya menghabiskan anggaran dengan hasil yang mengecewakan, buat apa menggaji mereka. Lebih baik uangnya dipakai membuat jalan-jalan, memberikan bantuan berupa dana bergulir untuk masyarakat kecil dan menengah. Tentu hasilnya bisa lebih terukur.
Kenyataan tersebut membenarkan statemen Nabi Muhammad SAW 14 abad silam. Manusia itu tidak akan pernah akan puas dengan harta kekayaan yang dimilikinya. Jika diibaratkan, sudah mempunyai satu gunung emas, dia akan berusaha mendapatkan gunung emas yang lainnya. Tidak akan yang bisa menghentikan ambisinya, kecuali mulutnya sudah tersumpal dengan tanah di liang lahat.
Kaltim.14 Pebruari 2007.11 malam lebih.
No comments:
Post a Comment