Tuesday, July 31, 2007
Sinema Indonesia; Berlogika Jungkir Balik
Kalo anda masih suami normal, bisa jadi dalam hitungan sepersekian detik darah anda sudah memenuhi muka anda.
Tapi, ini hanya satu judul film Indonesia yang beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Saya sendiri sampai hari ini masih kaget, sudah begitu provokatif dan permisif kah tata nilai kita, orang Indonesia?
Bisa jadi ada komentar,"halah, lha wong cuma pilm aja lho. Pilm itu rak cuman khayalan, nggak nyata." Yes, OK, itu betul. Film hanyalah khayalan si pembuatnya. Meski ada yang berdasar kisah nyata, tetap saja dibumbui unsur reka-reka. Nggak bisa 100% fakta.
Menurut saya, film sekarang ini lebih merupakan cerminan dari unsur riil di masyarakat. Maksudnya, ya..apa yang dikhayalkan si penulis skenario bisa jadi didapat dari membaca fenomena yang ada di masyarakat.
Beberapa waktu lalu saya penasaran dengan surat pembaca di sebuah harian yang mengkritik sinetron anak-anak "x" di TV "y" . Ketika saya pingin membuktikan sendiri apa memang separah itu, saya juga sempat heran, betul-betul heran dan kaget. Masa anak masih pake seragam merah putih sudah bersaing secara kejam demi cinta.
Jadi trus ingat waktu SD. Dulu dengan tidak segan pernah nonjok anak yang berani menjodoh-jodohkan saya dengan salah satu anak perempuan sekelas. Malu betul kala itu.
Belum lagi film-film lain yang menonjolkan anak muda yang bermasalah, yang mencari pelarian dengan narkoba etc. Penggambaran yang berulang kali dengan cara yang kurang lebih sama bisa jadi menggeser nilai-nilai yang selama ini diyakini. Bisa mengubah tatanan dan persepsi "apa yang baik dan apa yang buruk". Anak yang rajin belajar dan pintar digambarkan culun banget, sementara yang biang onar dan berani dengan orang tua dan orang yang lebih tua digambarkan sebagai anak yang keren digandrungi cewek-cewek. (saya tahunya ya baca sinopsis di koran-koran, nggak nonton sendiri ke bioskop. Maaf aja, wasting time and money..he...he...)
Bagaimana keadaan saat anak saya remaja nanti, sekarang aja sudah kacau kayak gini? Apa memang nggak usah punya TV sekalian ya?
Fungsi Manajemen Masjid
Dalam ilmu manajemen dikenal fungsi yang harus dilakukan seorang pemimpin/manajer untuk mencapai tujuan yang ingin di capainya. Dan biasanya di capai dengan menggunakan orang lain. Kalau kita merumuskan tujuan yang ingin dicapai adalah mengoptimalkan masjid sehingga fungsinya dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas ummat maka untuk mencapai suatu tujuan biasanya persyaratan yang harus ada dalam mencapai tujuan itu adalah:
1. Harus ada tujuan.
2. Harus ada jamaah/masyarakat yang di pimpin.
3. Harus ada orang yang memimpinnya.
4. Harus ada kerjasama antar pengurus dan pengurus dengan yang di pimpin.
5. Harus ada sistem atau pola dalam melaksanakan fungsi manajemen.
Dalam mencapai tujuan, dalam ilmu manajemen telah di jelaskan bahwa seorang manajer/pimpinan biasanya harus melakukan fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan.
2. Penentuan struktur organisasi atau bagan organisasi.
3. Menentukan personil yang akan menduduki bagan organisasi.
4. Mengkoordinir pelaksanaan tugas.
5. Memberikan motivasi sehingga semua personil bekerja tanpa karena paksaan.
6. Melakukan aktivitas pengawasan.
7. Malakukan penilaian.
Tahap-tahap ini dapat di tetapkan dalam merumuskan upaya peningaktan fungsi dan manajemen masjid.
Menurut Dr. Toby Muthis ( Universitas Trisakti) memperkenalkan konsep PICE, yang mengemukakan bahwa tugas seorang pemimpin atau seorang manajer adalah:
1. Planning (Perencanaan).
2. Implementation (bagaimana melaksanakan rencana).
3. Controlling (melakukan pengawasan sehingga setiap kegiatan mengarah pada tujuan sesuai rencana yang telah disusun dan tidak menyimpang).
4. Evaluation (menilai apakah pekerjaan sudah dilaksanakan dengan benar atau belum atau memerlukan koreksi, penyempurnaan).
Manajemen Masjid
Seperti halnya administrasi, manajemen sudah ada sejak dulu, Dikatakan demikian karena makna pokok manajemen adalah mencapai tujuan yang di kehendaki dengan jalan menggunakan orang atau orang-orang lain atau seluruh orang atau orang-orang lain bekerja guna mendapatkan hasil yang dicita-citakan atau di kehendaki.
Arti Manajemen
Di dalam Ensiklopedi Administrasi dinyatakan, "Manajemen adalah segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang dan menggerakkan fasilitas dalam suatu uasaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu." Dengan kalimat lain kita sederhanakan manajemen adalah suatu proses atau kegiatan/usaha pencapaian tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang-orang lain.
Menurut, Drs. Sofyan Syafri Harahap MSAc, dalam bukunya yang berjudul Manajemen Masjid, definisi Ilmu Manajemen adalah "Ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan, apa-apa fungsi yang harus dilakukan dengan menggunakan alat, tenaga orang, ide, dan sistem secara lebih efisien."
Mungkin tanpak sederhana, tetapi di balik kesederhanaan itu justru terkandung nilai manfaat yang penting. Rumusan yang disajikan oleh para pakar administrasi dan manajemen boleh saja berbeda-beda, tetapi gagasan intinya praktis sama. Perbedaan yang tak terlalu prinsip terjadi dalam pengindonesian kata/istilah itu. Belum di peroleh kesepakatan bulat yang benar-benar memuaskan tentang penerimaan kata/istilah manajemen itu sebagai "warga yang sah" dalam khasanah kosa kata bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Inggris, istilah manajemen di artikan sama dengan managing. Di Indonesia, kata manajement (inggris) diterjemahkan menjadi berbagai istilah, misalnya:
1 Pengurusan.
2. Pengolalaan.
3. Ketatalaksanaan.
4. Kepemimpinan.
5. Pembimbingan.
6. Pembinaan.
7. Penyelenggaraan.
8. Penanganan.
Manajemen terdapat dalam setiap kegiatan manusia, baik dalam masjid, di pabrik, bengkel, sekolah, universitas, bank, kantor, hotel, rumah sakit, maupun dalam kehidupan rumah tangga.
Tujuan Manajemen Masjid:
Kalau kita berbicara tetang manajemen masjid maka pengertiannya adalah:
Bagaimana kita mencapai tujuan Islam (masjid) yaitu mewujudkan masyarakat, ummat, yang di ridhoi oleh Allah SWT melalui fungsi yang dapat di sumbangkan lembaga masjid dengan segala pendukungnya.
Dengan kata lain bagaimana kita mengelola masjid dengan benar dan profesional sehingga dapat menciptakan suatu masyarakat jamaahnya yang sesuai dengan keinginan Islam yaitu masyarakat yang baik, sejahtera, rukun, damai, dengan ridho, berkah dan rahmat Allah SWT. Sehingga masyarakatnya memberikan rahmat pada alam dan masyarakat sekitarnya.
Kalau kita jabarkan lebih spesifik lagi adalah: Hal-hal apa dan bagaimana kita membuat masjid, jamaah, sistem, sumber dana dan penggunaanya, dan kegiatannya, sehingga masjid ini dapat menjadi pusat kegiatan ummat yang dapat membuatkan dan menciptakan masyarakat sekelilingnya menjadi masyarakat yang baik, sejahtera, rukun, damai, dalam siraman rahmat Allah SWT sebagaimana di gambarkan dalam Al Qur'an:
"Baldatun thayyibatun warabbun ghofuur", "Masyarakat, negeri
yang dibawah perlindungan dan ampunan dari Allah SWT."
Thursday, July 5, 2007
Dimutasi Lagi!
Berakhir sudah segala kasak-kusuk yang berlangsung berbulan-bulan. Melelahkan pikiran, membuat tidak nyaman dan lesu dalam bekerja. SK mutasi (yang ditunggu-tunggu) akhirnya muncul!
Aku dapat kabar..kena mutasi lagi! Ya, Allah. Masa sih? Begitu reaksiku saat ditelpon temanku. Masih agak nggak percaya, aku tanya, "mungkin Wahyu yang lain?" Jawabannya,"Lha Wahyu yang mana lagi?"
Bukankah aku baru kurang lebih 1,5 tahun di Balikpapan ini Setelah dipindah dari Madiun? Memangnya pegawai di sini nggak ada yang lebih lama disini dibanding aku? Dimutasi ke Tarakan lagi…di ujung Kalimantan Timur.
Nggak ada yang bisa jawab, karena aku memang sibuk bertanya pada diri sendiri. Wah, lama-kelamaan bisa gila, takon-takonan karo awake dhewe ..:-)
Terbayang lagi masa-masa awal datang ke Balikpapan. Kesana kemari mencari kontrakan yang harganya pas buat pelaksana. Awalnya aku nyari-nyari di sekitar kantor, radius 2 km lah. Ada satu rumah yang cukup bersih, di dindingnya ditempel tulisan "Dikontrakkan" plus ada nomor telpon yang bisa dihubungi. Pas aku telpon dan tanya berapa harga kontraknya, jawabnya,"24 juta Pak, bisa nego kok!"
Sesaat aku bengong, bingung mau nawar berapa, lha anggarannya nggak sampe sepertiganya. Padahal kalo di Jawa mungkin cuma sekitar 6-8 juta. Akhirnya setelah berhari-hari membanding-bandingkan satu kontrakan ke kontrakan lainnya, dapat juga yang 5 jutaan, meski lumayan jauh dari kantor. Ya..mau bagaimana lagi!
Selesai nyari rumah, lalu urusan sekolah anak yang sekolah TK. Lancar, karena waktu itu masih bulan Januari, jadi masih bisa "pesan tempat". Yang lama adalah proses membantu adapasi anak-anak dengan iklim dan juga teman-teman barunya yang ternyata tidak semudah yag kubayangkan. Melelahkan..
Begitu semua sudah mulai kerasan, nyaman…datang badai mutasi lagi. Dan aku dimutasi lagi.Dan aku harus memulai banyak hal dari nol lagi.
Padahal aku sudah optimis untuk tahap ini aku nggak akan kena mutasi, karena memang belum lama penempatan di Balikpapan dibanding yang lainnya yang sudah bertahun-tahun kerja disini. Aku bisa bilang apa? Karena memang sudah tanda tangan kontrak,"bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia".
Adalah keharusan untuk menerima konsekuensi dari apa yang telah kita putuskan. Menerimanya sebagai ketetapan ALLAH SWT. Yeng menjadi beban pikiran adalah membantu anak istri untuk (kembali) menerima kenyataan, berdamai dengan takdir. Tidak menyalahkannya, menggerutu. Inilah ujian terberatnya.
Masih sempat berandai-andai, semoga besok pagi yang kulihat bukan namaku. namun aku tahu, berandai-andai akan lebih menyakitkan. Sudahlah, terima saja, apapun yang akan terjadi besok, Yu!