Berakhir sudah segala kasak-kusuk yang berlangsung berbulan-bulan. Melelahkan pikiran, membuat tidak nyaman dan lesu dalam bekerja. SK mutasi (yang ditunggu-tunggu) akhirnya muncul!
Aku dapat kabar..kena mutasi lagi! Ya, Allah. Masa sih? Begitu reaksiku saat ditelpon temanku. Masih agak nggak percaya, aku tanya, "mungkin Wahyu yang lain?" Jawabannya,"Lha Wahyu yang mana lagi?"
Bukankah aku baru kurang lebih 1,5 tahun di Balikpapan ini Setelah dipindah dari Madiun? Memangnya pegawai di sini nggak ada yang lebih lama disini dibanding aku? Dimutasi ke Tarakan lagi…di ujung Kalimantan Timur.
Nggak ada yang bisa jawab, karena aku memang sibuk bertanya pada diri sendiri. Wah, lama-kelamaan bisa gila, takon-takonan karo awake dhewe ..:-)
Terbayang lagi masa-masa awal datang ke Balikpapan. Kesana kemari mencari kontrakan yang harganya pas buat pelaksana. Awalnya aku nyari-nyari di sekitar kantor, radius 2 km lah. Ada satu rumah yang cukup bersih, di dindingnya ditempel tulisan "Dikontrakkan" plus ada nomor telpon yang bisa dihubungi. Pas aku telpon dan tanya berapa harga kontraknya, jawabnya,"24 juta Pak, bisa nego kok!"
Sesaat aku bengong, bingung mau nawar berapa, lha anggarannya nggak sampe sepertiganya. Padahal kalo di Jawa mungkin cuma sekitar 6-8 juta. Akhirnya setelah berhari-hari membanding-bandingkan satu kontrakan ke kontrakan lainnya, dapat juga yang 5 jutaan, meski lumayan jauh dari kantor. Ya..mau bagaimana lagi!
Selesai nyari rumah, lalu urusan sekolah anak yang sekolah TK. Lancar, karena waktu itu masih bulan Januari, jadi masih bisa "pesan tempat". Yang lama adalah proses membantu adapasi anak-anak dengan iklim dan juga teman-teman barunya yang ternyata tidak semudah yag kubayangkan. Melelahkan..
Begitu semua sudah mulai kerasan, nyaman…datang badai mutasi lagi. Dan aku dimutasi lagi.Dan aku harus memulai banyak hal dari nol lagi.
Padahal aku sudah optimis untuk tahap ini aku nggak akan kena mutasi, karena memang belum lama penempatan di Balikpapan dibanding yang lainnya yang sudah bertahun-tahun kerja disini. Aku bisa bilang apa? Karena memang sudah tanda tangan kontrak,"bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia".
Adalah keharusan untuk menerima konsekuensi dari apa yang telah kita putuskan. Menerimanya sebagai ketetapan ALLAH SWT. Yeng menjadi beban pikiran adalah membantu anak istri untuk (kembali) menerima kenyataan, berdamai dengan takdir. Tidak menyalahkannya, menggerutu. Inilah ujian terberatnya.
Masih sempat berandai-andai, semoga besok pagi yang kulihat bukan namaku. namun aku tahu, berandai-andai akan lebih menyakitkan. Sudahlah, terima saja, apapun yang akan terjadi besok, Yu!
No comments:
Post a Comment