"Maaf, Saya Menghamili Istri Anda". Kalau ada orang berani ngomong begitu di muka anda, apa reaksi anda, tuan-tuan? Marah, diam, atau malah cuma senyum-senyum saja?
Kalo anda masih suami normal, bisa jadi dalam hitungan sepersekian detik darah anda sudah memenuhi muka anda.
Tapi, ini hanya satu judul film Indonesia yang beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Saya sendiri sampai hari ini masih kaget, sudah begitu provokatif dan permisif kah tata nilai kita, orang Indonesia?
Bisa jadi ada komentar,"halah, lha wong cuma pilm aja lho. Pilm itu rak cuman khayalan, nggak nyata." Yes, OK, itu betul. Film hanyalah khayalan si pembuatnya. Meski ada yang berdasar kisah nyata, tetap saja dibumbui unsur reka-reka. Nggak bisa 100% fakta.
Menurut saya, film sekarang ini lebih merupakan cerminan dari unsur riil di masyarakat. Maksudnya, ya..apa yang dikhayalkan si penulis skenario bisa jadi didapat dari membaca fenomena yang ada di masyarakat.
Beberapa waktu lalu saya penasaran dengan surat pembaca di sebuah harian yang mengkritik sinetron anak-anak "x" di TV "y" . Ketika saya pingin membuktikan sendiri apa memang separah itu, saya juga sempat heran, betul-betul heran dan kaget. Masa anak masih pake seragam merah putih sudah bersaing secara kejam demi cinta.
Jadi trus ingat waktu SD. Dulu dengan tidak segan pernah nonjok anak yang berani menjodoh-jodohkan saya dengan salah satu anak perempuan sekelas. Malu betul kala itu.
Belum lagi film-film lain yang menonjolkan anak muda yang bermasalah, yang mencari pelarian dengan narkoba etc. Penggambaran yang berulang kali dengan cara yang kurang lebih sama bisa jadi menggeser nilai-nilai yang selama ini diyakini. Bisa mengubah tatanan dan persepsi "apa yang baik dan apa yang buruk". Anak yang rajin belajar dan pintar digambarkan culun banget, sementara yang biang onar dan berani dengan orang tua dan orang yang lebih tua digambarkan sebagai anak yang keren digandrungi cewek-cewek. (saya tahunya ya baca sinopsis di koran-koran, nggak nonton sendiri ke bioskop. Maaf aja, wasting time and money..he...he...)
Bagaimana keadaan saat anak saya remaja nanti, sekarang aja sudah kacau kayak gini? Apa memang nggak usah punya TV sekalian ya?
Tuesday, July 31, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment